B. Objek dan daya tarik wisata budaya
Wisata budaya adalah kegiatan kepariwisataan yang memanfaatkan dan mengembangkan secara selektif, Terencana, dan terprogram, asset budaya masyarakat asli OKU Timur baik tata nilai, adat istiadat maupun produk budaya fisik sebagai objek dan daya tarik wisata. Yang dimaksud dengan pengertian tata nilai budaya adalah segala nilai – nilai atau norma – norma kehidupan masyarakat yang masih ada dan digunakan sebagai pegangan hidup maupun yang telah ditinggalkan, termasuk nilai – nilai agama. Sedangkan pengertian adapt istiadat adalah segala bentuk perilaku dan tingkah laku kehidupan masyarakat sehari – hari yang dilakukan berdasarkan tata nilai yang dianut dan yang ditinggalkan. Adapun budaya fisiik adalah segala bentuk yang dibuat, diciptakan dan dibangun oleh manusia atau masyarakat sebagian berupa heritage untuk mewujudkan nilai – nilai atau norma budaya dan digunakan untuk memfasilitasi terselenggaranya perilaku dan tingkah laku kehidupan manusia (adapt istiadat) berdasarkan nilai / norma terkait baik yang masih digunakan maupun yang telah ditinggalkan
Selain memiliki objek dan daya tarik wisata alam, OKU Timur pun memiliki objek dan daya tarik wisata budaya antara lain sebagai berikut
1. Villa Masin / Guci Antik
Objek wisata Villa Masin terletak di Desa Mendah Kecamatan Jayapura 20 KM dari Martapura, didalam objek wisata ini terdapat Guci besar yang sering disebut oleh masyarakat dengan sebutan Gurin. Guci ini terletak didekat aliran sungai yang mana guci ini berisi air yang tak pernah kering dan kadang kala terasa asin, hal ini juga yang membuat kepercayaan dimasyarakat setempat airnya dapat dijadikan sarana pengobatan dan membuat orang akan tampak lebih awet muda
2. Prasasti Tapak kaki Tuan Rizal di Desa Brunei Mulia Kec.Semendawai Timur
Objek wisata Tapak Tuan Rizal terletak dikecamatan Semendawai Timur yang beribu kota di Brunai Mulia 70 KM dari Martapura, menurut penelitian Tapak Tuan Rizal terdapat di tiga tempat yakni, di daerah Plaju Sumatera – Selatan, Timor – Timor dan Semendawai Timur Kabupaten OKU Timur. Menurut legenda yang ada dimana setiap tempat yang terdapat Tapak Tuan Rizal makan daerah tersebut akan menjadi daerah yang ramai, maju dan sejaterah
3. Batu Berputar
Wisata batu berputar ini terletak diarel perkebunan karet rakyat tepatnya di daerah Desa Batu Raja Bungin Kec. Bunga Mayang 11 KM dari Martapura, menurut cerita rakyat setempat batu ini jatuh dari langit dan sewaktu – waktu memancarkan cahaya seperti percikan api yang disebabkan oleh perputaran dua buah batu yang berlawanan arah. Sedangkan Tala Batu yang terletak di Kec.Buay Madang Timur 40KM dari Martapura. Menurut cerita masyarakat setempat merupakan sumpahan sipahit lidah, karena pada saat itu masyarakat setempat mengadakan pesta menyambut musim tanam padi dengan membawa alat – alat kesenian, karena penduduk lagi bepesta dan kurang perhatian dengan si pahit lidah maka dia murka dan disumpahnya menjadi batu.
4. Makam Pangeran Peranpati
Makam Pangeran Peranpati yang terletak di desa Muncak Kabau Kec.BP Bangsa Raja 32 KM dari Matapura. Pangeran ini pada masanya mempunyai kejayaan dan kesaktian mandraguna, sampai sekarang kita dapat melihat peninggalannya yaitu batu dalam makam yang konon menurut masyarakat setempat terbuat dari dodol (makanan) dan batu dodol ini dikeramatkan untuk mengukur berhasil tidaknya usaha atau keinginan kita.
5. Makam Ratu Bagus Baginda Ali
Makam Ratu Bagus Baginda Ali adalah seorang Putra Raja dari Lampung Way Kanan, bila diceritakan dari garis sejarah Raja dari Lampung Way Kanan ini mempunyai tiga orang Putra Yaitu Bagus Baginda Ali, Sutan Pangeran dan Sutan Nin Keban. Konon cerita Ratu Bagus Baginda Ali ini merantau dan membuka dusun yang pertama dan akhirnya menjadi Desa yang tertua yang sering disebut masyarakat Yaitu Desa Tanjung Raya. Pada tahun 1830 Ratu Bagus Baginda Ali meninggal didekat Rumahnya Keraton Tanjung Raya di Kecamatan Belitang 60 KM dari Kota Martapura
6. Cagar Budaya
Cagar Budaya di Kabupaten OKU Timur masih banyak tersebar dikecamatan – kecamatan OKU Timur. Kawasan ini banyak terdapat bangunan atau rumah - rumah penduduk yang memilikin ciri khas yaitu berupa bangunan tradisional. Keunikan tersebut dilengkapin pula dengan adanya peninggalan berupa barang – barang antik seperti lemari tua, gentong, serta alat - alat rumah dll. Cagar budaya tersebut antara lain
a. Rumah limas
Rumah limas ini terletak ditengah kota Martapura awalnya berdiri pada tahun 1937 yang merupakan kediaman dari pasirah Busnan Mansyur dan sampai sekarang tetap dirawat dengan baik oleh keluarga besar keturunan dari pasirah yang dikenal dengan sebutan keluarga Limas
b. Rumah Limas Desa Muncak Kabau
Rumah limas ini terletak 1 KM dari kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja dan 32 KM dari ibu kota Kabupaten OKU Timur yaitu Martapura. Rumah limas yang di bangun pada tahun 1930, oleh Pesirah Tambuh, sangat memiliki nilai sejarah yang tinggi terutama sejarah perjuangan dan budaya sebagai lambing warga setempat. Menurut cerita Busnawi Yasin yang merupakan penghuni rumah limas ini, dia menyebutkan bahwa rumah ini dahulu merupakan Markas dan Pengaturan Strategi Penyerangan oleh penjajah tentara Belanda
c. Rumah Limas Cempaka
Rumah Limas ini merupakan salah satu bentuk bagian dari Rumah Limas yang telah mengalami perbaikan dan renovasi, tempat keberadaan Rumah Limas ini berada di Kecamatan Cempaka 117KM dari Martapura, Kecamatan Cempaka merupakan Pintu Gerbang Sebelah Utara Kabupaten OKU Timur
d. Rumah Keraton Tanjung Raya Belitang
Rumah Keraton ini terletak di Desa Tanjung Raya 9 KM dari Kecamatan Belitang dan 50 KM dari Martapura. Rumah Keraton ini berdiri Tahun 1810 yang dengan ukuran 18M X 22 M yang merupakan kediaman dari Ratu Bagus Baginda Ali yang merupakan Putra dari Raja Lampung Way Kanan. Serta dirumah ini juga banyak tersimpan benda – benda peninggalan sejarah
e. Rumah Limas Desa SidoMulyo Belitang
Rumah Limas ini berada 7 KM dari Kecamatan Belitang dan 50KM dari Ibu Kota Kabupaten OKU Timur, sebelumnya Rumah Limas ini terletak di Desa Tanjung Raya kemudian pada tahun19550 dipindahkan oleh Pasirah Muhammad Hasan ke Simpang Mesir Desa Sidomulyo Kecamatan Belitang
f. Rumah Limas Campang 3
Merupakan rumah limas yang mempunyai arsitektur yang sangat memukau, dan juga rumah limas ini masih sangat terawat, serta didalamnya banyak terdapat barang barang antik, serta ukiran rumah yang merupakan ciri khas masyarakat Komering. Dan hal yang paling menarik yaitu di bagian bawah rumah terdapat makam pasangan suami istri
g. Rumah limas Betung
Rumah limas ini berada di daerah Betung, keadaan rumah ini sedikit tidak terurus, akan tetapi rumah ini dipenuhi dengan ukiran ukiran seni yang arteristik
h . Pure Agung Dharma Kerti ( Sinar Bali )
Pura ini merupakan tempat ibadah umat Hindu, pure di desa sinar Bali Belitang III ini berjarak 69 KM dari kota Martapura. Pada umumnya penduduk desa ini merupakan orang Bali. Dari keterangan beberapa orang sesepuh desa bahwa nama Sinar Bali dimaknai sebagai bagian Pulau Bali yang sebenarnya. Kondisi kesejahteraan masyarakatnya sangat sejahtera dan penduduknya juga mempunyai sifat ramah tamah, berbudi luhur serta memegang teguh nilai spiritual keagamaan yang sma dengan keaqdaan masyarakat di Bali
20.23 |
(4)
20.14 |
OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR
Kabupaten OKU Timur merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumsel yang kaya akan potensi alam dan budaya yang dikembangkan menjadi objek wisata, dalam pengembangannya, objek wisata OKU Timur sedikit mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan upaya – upaya yang dilakukan oleh Pemerintah OKU Timur. Pembagian objek wisata di OKUT dibedakan atas Objek dan Daya Taraik Wisata Alam, objek dan daya tarik wisata budaya dan objek dan daya tarik wisata minat khusus, adat istiadat
A. OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM
Wisata alam sesungguhnya bukan hal yang baru bagi Kabupaten OKU Timur. Diwilayah ini telah berkembang wisata alam seperti Lebak Datuk di desa Mandayun Kec.Madang suku III, Sumber mata air Mencar di desa Jayapura Kec.Jayapura namun demikian potensi wisata tersebut belum sepenuhnya tergali dan berkembang ke arah yang diharapkan yaitu dimana kepariwisataan menjadi sektor andal bagi sember pendapatan asli daerah. Masalah ini sebenarnya bukan masalah Kabupaten OKU Timur semata. Pada umumnya meskipun Indonesia adalah Negara yang kaya akan SDA untuk pariwisata, namun ada aspek – aspek yang mendasar yang diketahui sehingga menjadi kendala dalam pengembangan wisata alam adalah identifikasi potensi dan strategi pengolahannya.
Pengembangan wisata alam harus berlandaskan prinsip – prinsip kelestarian lingkungan, dimana prinsip tersebut diturunkan ketingkat yang praktis. Untuk menggabungkan dua hal yang bertentangan antara prinsip dan praktis ini perlu dimiliki suatu strategi pengembangan. Ada sedikit 12 isu dalam industri wisata yaitu
1. Berkelanjutan ( Sustainability)
2. Pengelolahan SDA
3. Perncanaan terintergrasi
4. Peraturan
5. Infrastruktur
6. Pemantauan dampak
7. Pemasaran
8. Standar usaha / Industri / dan akreditasi
9. Pendidikan lingkungan dan pelatihan pengelolah
10. keterlibatan masyarakat setempat
11. Berkesinambungan
12. Pendanaan dan pemerataan kesempatan
Dalam skala kecil menyambut otonomi daerah setiap Kabupaten sudah saatnya mulai melakukan analisis berbagai isu wisata alam dengan mengambil suatu model, sebagaimana akan dilaksanakan dalam suatu kegiatan ini. Diharapkan hasil analisis ini dapat menghasilkan suatu langka nyata mengenai strategi pengembangan wisata alam khusunya di OKU Timur.
OKU Timur memiliki objek dan daya tarik wisata alam sejumlah objek, adalah sebagai berikut
- Irigasi Upper Komering didesa Perjaya Kec.Martapura
- Lebak Datuk di Desa Mandayun Kec.Madang Suku III
- Sumber Mata air Mencar di Desa Jayapura Kec.Jayapura
- Villa Masin / Guci Antik di Desa MEndah Kec. Bunga Mayang
- Prasasti Tapak kaki Tuan Rizal di Desa Brunei Mulia Kec.Semendawai Timur
- Rumah Limas di Kota Martapura dll
- Batu Berputar terletak di Kecamatan Bunga Mayang dan Batu Gong terletak di Kec.Buay Madang Timur
- Makam Pangeran Peranpati terletak di Kecamatan BP.Bangsa Raja
- Pure Agung Dharma Kerti terletak di Desa Sinar Bali Belitang III
- Makam Ratu Bagus Baginda Ali terletak di Kecamatan Belitang
1. Irigasi Upper Komering
Irigasi Upper Komering Bendunga Perjaya merupakan bangunan yang di selesaikan pada tahaun 1991 yang berfungsi untuk mengairi persawahan seluas 199 ha, yang merupakan salah satu faktor pendukung pendapatan asli daerah sehingga menjadikan OKU Timur sebagai lumbung Pangan Beras Provinsi Sumatera – Selatan. Disamping itu juga bendungan ini berfungsi sebagai tempat tujuan wisata alam guna meningkatkan pendapatan daerah dan sebagai sarana hiburan bagi warga OKU Timur. Bendungan ini lokasinya sangat strategis, panorama pemandangannya indah dengan lokasi persawahan rakyat yang terbentang luas serta terlihat perkebunan karet rakyat sehingga memberikan kesan udara yang masih sejuk dan alami. Apabila memasuki musim kemarau dilokasi bendungan banyak terlihat aktivitas penangkapan ikan, dan hal yang paling unik adalah ditempat ini juga terjadi tawar menawar dari hasil tangkapan ikan tersebut, yang mana harga nya lebih mudah dibandingkan dengan yang harga ikan dipasar.
Akses untuk menuju lokasi Bendungan ini jarak tempuh dari Kota Palembang kurang lebih 4,5 Jam melalui jalur Komering. Lokasi sekitar Bendungan Irigasi Perjaya Komering ini bila tertata rapi bisa dimanfaatkan untuk Sarana Hiburan Air, Rumah Makan Terapung,Sarana Sport dll.
2. Lebak Datuk
Potensi objek wisata lebak datuk yang juga belum tersentuh pembangunan ini sebenarnya cukup potensial untuk dikembangkan. Letaknya tidak jauh dari Ibu kota Kabupaten OKU Timur, Martapura sekitar 40 km arealnya masuk kedalam wilayah desa Surabaya dan desa Mendayun KEcamatan Madang Suku I dan sebagian lagi menjadi bagian dari wilayah Batu Marta Unit VII,XI,XII,XIV Kecamatan Peninjauan Kabupaten OKU Induk.
Danau ini dinamakan Danau karena pada mulanya danau ini dikuasai oleh seseorang datuk dari desa Rasuan Kecamatan Madang Suku I dan Makamnya masih terdapat disebuah pulau kecil ditengah danau yaitu pulau datuk. Pulau ini terdiri dari 4 pulau kecil yaitu Pulau Gagulan, Pulau Datuk, Pulau Tanjung Simpur dan Pulau Honik. Air danau ini bersumber dari air Gilas yang bermuara disungai Komering, Wilayah Desa Mendayun Kecamatan Suku Madang I Kabupaten OKU Timur. Dilebak ini juga terdapat lokasi penangkaran kerbau jalang milik warga masyarakat Desa Surabaya Kecamatan Madang Suku I, dan yang paling khas sekali disekitar danau ini banyak sekali burung danau putih.
Luas Lebak Datuk ini 10 M2 yang kaya akan hasil ikan tawar dan masih terdapat beberapa ekor buaya liar. Saat ini Lebak Datuk mengalami penangkalan yang cukup tinggi akibat tidak tertatanya lingkungan sekitarnya. Sentuhan pembangunan sangat diharapkan untuk lebak ini sehingga keberadaannya akan dinilai ekonomis baik bagi Pemerintah Daerah, melalui pengembangan pariwisata, pertanian, tanaman pangan, perkebunan, pertenakan dan perikanan.
3. Sumber mata Air mencar
Sumber mata air mencar merupakan sumber mata air tanah. Sumber mata air ini dijadikan masayarakat sumber kehidupan untuk mandi, air minum, mencuci pakaian dll. Mata air mencar juga dijadikan objek wisata dengan cara dibuatkan waduk akan tetapi pengembangannya sangat belum maksimal. Sumber mata air mencar ini tepatnya terdapat di Kecamatan Jaya pura
potensi pariwisata Kabupaten OKUT
20.12 |
A. ASAL USUL MASYARAKAT KOMERING
1. Bedasarkan legenda, DAERAH ASAL SUKU KOMERING
Dahulu didaerah Pegunungan Perbatasan Burma / Siam ( Thailand ) hidup berdampingan secara damai antara beberapa suku yakni suku Melayu Kuno, Igorot , Ranau, Toraja, dan lain – lain . Suku Komering berada ditengah-tengah suku lainnya namun ia mampu mempertahankan identitasnya terutama pada alat komunikasi yaitu bahasa, bahasa Komering sementara pengamat menyatakan banyak kesamaan dengan bahasa Batak, yang ceritanya antara 2 suku tersebut sering bercanda untuk menyatakan siapa yang tertua diantara Nenek Moyang mereka yang bersaudara.
Suku Batak adalah bagian dari Melayu Kono yang mendiami pergunungan perbatasan Burma / Siam ( Thailand ). Selain suku Melayu Kono juga adanya suku IGOROT, Ranau, Toraja dan lain-lain . Semua suku yang menghuni pegunungan Siam, menolak segala hubungan dengan dunia luar. Kemudian sekitar tahun 1000 sebelum Masehi Bangsa Mongol memperluas daerah sampai ke sungai Mekong.dengan demikian suku – suku yang berada di pegunungan Siam merasa terdesak dan memberanikan diri pergi menyeberangi lautan, di antara suku tersebut adalah suku ranau yang mendarat di Sumatera Selatan dan berkurung disekitar Danau Ranau ± 2500 tahun. Sedangkan Suku Batak mendarat di Pantai Barat Andalas, lalu kemudian Suku Batak dan terpencar di Pulau Andalas ( Sumatera ), tulisan suku Ranau hampir sama dengan tulisan Batak, sedangkan Bahasa Batak logatnya hampir dengan Bahasa Igorot ( Philipina ).
Pada saat itu terjadi perpindahan besar besaran dari daratan Asia ke Daerah Nusantara.Suku Bangsa Melayu Kuno ( India Selatan ) dalam pengungsianya bergerak menyeberangi laut Andaman, kemudian berpencar dalam beberapa kelompok, diantaranya ada yang sampai di ujung Utara Sumatera, yang terpecah menjadi Batak Karo, Toba, Dairi dan Alas, sedang kelompok lainya berlayar ke pantai barat dan menuju ke ujung Selatan sementara, tepatnya di daerah Keroi dan menyebar di daerah pegunungan, ada yang menetap di Bukit Pasagi dan juga di gunung Seminung. Kemudian ketiganya berkembang berasimilasi dengan penduduk asli yang lebih dahulu mendiami sekitar gunung Seminung tersebut, sehingga timbulah Ras baru, diantaranya : Komering, Ranau, Daya, Lampung. Pada waktu itu kepercayaan mereka adalah Animisme, dalam perkembangannya, mereka meminta kekuatan gaib dan kesaktian dengan melakukan Pertapaan di bukit Pasagi dan Gunung Seminung, kemudian mereka menyebar disekitar Danau Ranau dan mendirikan perkampungan yang bernama SAKALA BERAK, Sakala berarti Penjelmaan / titisan, sedang kata berak berarti Besar / lebar, dalam Bahasa Komering sekarang. jadi SAKALA BHRA artinya Titisan atau Penjelmaan Dewa dari Gunung Seminung. Anggapan demikian dapat dilihat pada persamaan bagi Sesepuh dengan istilah PU –HYANG (Puhyang ) berarti Tuanku Barasal Dari Dewa wangsa Sakala Bhra sebagai “ MULAN “ mulan bearti generasi yang kemudian. ( Pak Sipak ). Jadi Suku Komering asimilasi antara penduduk asli Gunung Seminung dengan pendatang dari Suku melayu kuno.
2. ASAL MULA NAMA KOMERING
Menurut informasi penduduk dan cerita orang tua –tua setempat, Komering berasal dari bahasa India yang berarti PINANG, kerena sebelum abad ke IX daerah ini marak dengan perdagangan buah pinang, dengan pedagang dari India, sebagai bahan rempah – rempah.diantara jenis rempah lainya sebagai juragan Pinang.Kemudian juragan pinang yang berasal dari India tersebut dimakamkan di dekat pertemuan sungai Selabung dan Waisaka, di hulu Kota Muara Dua. Dari tempat makam tersebut mengalir sungai sampai Ke muara ( Minanga ), sehingga mulai saat itu semua penghuni di sepanjang pinggiran sungai tersebut dinamakan Orang Komering dan daerahnya dinamakan Daerah Komering. Setelah terjadinya perubahan geografis karena peristiwa alam, Muara Sungai Komering ( Minanga sekarang ) terjadi pendangkalan sepanjang 125M pertahun kearah Bangka. Sebelum abad ke VIII Minanga masih berada di tepi pantai / muara sungai komering.Setelah terjadi pendangkalan aliran sungai Komering terpecah menjadi 2 cabang sungai mulai dari Minanga kearah hulu sekitar 20 km tepatnya di Rasuan lama. 2 aliran tersebut :
a. Aliran sungai yang lama menyempit disebelah timur sampai diminanga dan rawa / lebak ( Bekas Lautan Purba).
b. Aliran sungai yang baru di sebelah Barat mengalir ke daerah Tobong, Plaju dan bermuara di Musi, kepada mereka yang menghuni aliran sungai Komering yang baru disebut orang Komering Ilir, walaupun kebanyakan dari mereka bukan penduduk yang berbudaya Komering, sedangkan di bagian hulu sungai Komering mulai dari Selabung sampai ke Ranau penduduknya tidak mau disebut orang komering, karena mereka tidak tinggal dipinggiran sungai Komering, mereka menaman dirinya “ JELMA DAYA “ yang berarti ( aktif,dinamis ) tapi mereka pendukung Budaya Komering ( Y.W.Van Royan 1927 ).
c. Sepanjang aliran sungai Komering dari Hulu ( Muara Dua ) sampai dengan Gunung Batu dan juga yang tidak disekitar sungai Komering penduduknya terbagi menjadi 2 Kewedanaan yaitu :
§ Kewedanaan Muara Dua Beribukota di Muara Dua.
§ Kewedanaan Komering Beribukota di Martapura.
Komering adalah pendukung budaya Seminung yang mendiami tepian sungai komering mulai dari Batu Raja Bungin sampai dengan Gunung Batu, dan ada juga yang mendiami daratan yang agak jauh dari pinggiran ungai Komering.Sesuai dengan pemekaran desa / dusunya masing – masing, khusus penduduk yang pendatang bersal dari berbagai daerah = ada yang dari :Batak, Padang, Jawa, Sunda, Ogan dll.
Kebanyakan masyarakat pendatang mendiami daratan dan aliran sungai buatan / bendungan peninggalan zaman Belanda, yang sekarang tetap di renovasi dan dikembangkan masyarakat OKU TIMUR dengan sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, yang sekarang menggunakan teknologi pertanian yang lebih baik, terbukti dengan sebutan lumbung pangan Sumatera Selatan. Di bidang Kebudayaan; Masyarakat OKU TIMUR terdiri dari beberapa etnis, maka Seni Budaya pun bermacam – macam, meskipun demikian kebudayaan asli masih tetap lestari di tengah – tengah masyarakat pendukungnya yaitu Adat Budaya Komering.
PUHYANG / RUMPUN SAKALA BHRA .
Sebagaimana dijelaskan dalam asal – usul suku komering SAKALA BHRA berarti Titisan / Jelmaan Dewa dari Gunung Seminung, yang sIstem pemberian nama bagi sesepuh atau leluhur disebut Pu – Hyang, berarti tuanku berasal dari Dewa ( dokumentasi Pemda OKU tahun 1979 ) didapat cerita asal – usul berdirinya marga – marga yang menyebar dan adanya 7 Kepuhyangan di sepanjang aliran Sungai Komering.
Pertama kali sekelompok suku dari pegunungan Muaradua ingin mencari tempat – tempat yang dapat memberikan jaminan kehidupan, kemudian bergeraklah mereka menelusuri sungai Komering kearah utara atau hilir dengan menggunakan rakit, dengan berbahasa Komering lama yang disebut (SAMANDA) jadi Samanda adalah Bahasa Komering lama.
Kelompok pertama yang pergi turun gunung adalah kelompok Semendawai. Kata Semendawai berasal dari kata SAMANDA di WAY yang berarti menelusuri sungai dari hulu, terakhir mendarat dimuara ( Minanga ) kemudian mereka berpencar mencari tempat – tempat strategis untuk menetap dan mendirikan 7 ke Puhyangan diantaranya:
- Puhyangan Ratu Sabibul pendiri daerah Gunung Batu, gunung batu berarti ( Manusia Gunung ).
- Puhyang Kai Patih Kandi pendiri daerah Maluway ( Maluway / Manduway ) berarti petunjuk arah.
- Puhyang Minak Ratu Damang Bing pendiri daerah Minanga ( Muara )
i. Kemudian menyusul kelompok ke 2 ( dua ) yang turun gunung adalah :
- Puhyang Umpu Sipandang pendiri daerah Gunung Terang yang berarti orang gunung menempati
i. tempat yang terang ( Padang rumput ).Dalam kegiatannya mereka membuka lahan padang
ii. rumput yang luas, kegiatan tersebut dinamakan MADANG.
- Puhyang Minak Adi Pati, pendiri daerah Pemuka Peliung. Kegemaran Puhyang tersebut membawa (PELIUNG) sejenis Kampak.
a. Sehingga daerah ini dinamakan Pemuka Peliung ( sekitar ± abad ke 13 pernah terjadi perang Abung )setelah perang abung, berakhir adanya kepuhyangan baru yaitu:
- Puhyang Ratu Penghulu, pendiri daerah Banton.
- Puhyang Umpu Ratu, pendiri daerah Pulau Negara.
- Puhyang Jati Keramat, pendiri daerah Bunga Mayang, bunga mayang berasal dari nama Permaisurinya yang keluar / datang dari Bunga Mayang Pinang ( Peri Bunga Pinang ).
- Puhyang Sibala Kuang / Puhyang DAYA, pendiri daerah Mahanggin terdiri dari Sandang, Rawan, Rujung, Kiti, Lengkayap dll. Nama marga / kepuhyangan ini menggunakan nama BHU WAY / KEBHUAYAN merupakan istilah yang dibawa orang Sakala Bhra baru, ( generasi Paksipak atau penerus Sakala Bhra ) setelah pengusiran orang – orang abung dari daerah Komering . Dari ke 7 puhyang yang mendiami sekitar sungai Komering masing – masing berdiri sendiri yang dipimpin oleh seseorang sesepuh disebut puhyang.
3. ASAL USUL NAMA DAERAH DI WILAYAH OKU TIMUR
1. Asal Nama Bunga Mayang
Daerah Bunga Mayang didirikan oleh Puhyang Jati Keramat, yang diambil dari nama istrinya yang konon ceritanya istrinya tersebut keluar / datang dari kembang Bunga Mayang Pinang, sampai sekarang nama daerah ini adalah Kecamatan Bunga Mayang ( Sumber : buku adat perkawinan Komering Ulu,Tahun 2003 ).
2. Kota Martapura.
Sekitar ± 1835 Masehi,bermula dari seorang ustadz pendatang dari pulau Borneo (Kalimantan ) bernama H. Jamaludin bin Azhar bin H. Mahmud yang masih muda belum beristri, mengajar ngaji di mesjid agung Desa Tanjung Kemala, yang pada waktu itu Tanjung Kemala dipinpin oleh Pangeran Aguscik Putra dari mantan pasirah dari marga paku senggkunyit yaitu pangeran muhamad Ali. Setelah usia ± 25 tahun H. Jamaludin menikah dengan saudara sepupu dari pageran aguscik yang bernama halimah dari keluarga limas.Atas jasa – jasanya mengajarkan agama Islam H. Jamaludin dianggkat menjadi sebagai pemangku adat oleh pengghulu tertua atas persetujuan masyarakat ketua didaerah Tanjung Kemala.Dalam perkembangannya daerah Tanjung Kemala semakin bagus maka terbentuklah perkampungan baru terletak di sebelah hilir desa tanjung kemala disebut kampung hilir nama martapura.Tercetus ketika H. Jamaludin sedang mengajar ngaji dengan mengatakan : “ murid – muridku semuanya kampong kita ini belum mempunyai nama sedangkan penduduknya yang sudah memadai bagaimana kalau kita beri nama daerah kelahiran saja yaitu Martapura ? Spontan disetujui dan diterima oleh masyarakat, mulai saat itulah kampung hilir yang bersebelahan dengan Tanjung Kemala bernama Martapura (Sumber : Tamrin. A. Roni.)
3. Asal Nama Buay Pemuka Peliung
Buay pemuka adalah kephuyangan nama marga yang dibawa orang Sakala Bhra.
Peliung adalah senjata khas / seperti kampak yang sering dibawa dan disenangi oleh puhyang minak Adipati, pendiri Buay Pemuka Peliung sampai sekarang namanya adalah Buay Pemuka Peliung (Sumber : buku adat perkawinan Komering Ulu ,Tahun 2003)
4. Asal Nama Madang
Padang rumput yang luas dan terang
5. Asal Nama Kurungan Nyawa
Pada zaman kolonial Belanda setiap orang Belanda memasuki daerah ini selalu di tangkap dan di tawan oleh masyarakat pribumi, maka daerah ini di sebut Kurungan Nyawa.
6. Asal Nama Belitang
Daerah yang dialiri sungai berliku, berbelok-belok dan banyak pohon yang melintang di atas sungai, maka disebutlah daerah ini, daerah Belitang.
7. Asal Mula Nama Rasuan
Sebelumnya nama rasuan daerah ini bernama karang cangging rasuan berarti menggelar tikar untuk bermusyawarah / Rasan. ( Sumber : Bapak Yani )
8. Asal Nama Semendaway
Berasal dari kata Samanda dan di Way, Samanda berarti menelusuri sungai Komering dari hulu sampai ke hilir. di Way berarti di Air, disebutlah Semendaway
9. Asal Nama Gunung Terang
Masyarakat yang datang dari daerah pegunungan yang menetap di daerah padang rumput pada dataran rendah.
10. Asal Nama Campang Tiga
Yaitu Desa yang letaknya di jalan darat yang mempunyai cabang tiga/tiga persimpangan.
( sumber : Bapak Monang Jaya ).
11. Asal Kata Adu Manis
Berasal dari Mistuha Mis berarti manis, Tuha Berarti Tua ( lebih dahulu ) maka jadilah adu manis. Nenek moyang adu manis bernama darusalam adik dari tuan Tandi Pulau
12. Asal Nama Betung.
Betung adalah junjungan Seklian lama atau Kratun Nanggum Magedung didirikan oleh Batin Mulajadi, kemudian daerah ini pindah ke Hilir dimana banyak terdapat pohon bambu Betung maka disebutlah daerah ini daerah Betung ( Sumber : Ismail).
13. Asal Nama Minanga
Dalam bahasa Komering Minanga berarti Muara Sungai.
14. Asal Nama Cempaka
Daerah ini ditengah-tengah dusun tumbuh pohon Cempaka ( Sumber : Monang Jaya ).
15. Asal Nama Gunung Batu
Masyarakat yang datang dari pegunungan dengan semangat untuk berjuang .
Langganan:
Postingan (Atom)